Bersabar
dan menahan nafsu di era sekarang ini sangatlah berat. Ini merupakan
ujian yang Allah berikan untuk umat akhir zaman sebagaimana yang sudah
disabdakan oleh Rasulullah SAW melalui berbagai hadits tentang akhir
zaman yang beliau ramalkan.
Ujian
atau fitnah ini dirasakan oleh semua orang, baik laki-laki maupun
perempuan. Kali ini dibahas bagaimana seorang muslimah bisa menjaga
dirinya untuk tetap menjadi sosok yang baik dan sholehah.
1. Menutup Aurat
Allah Ta’ala berfirman,
[arabtext]يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى
أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
رَحِيمًا[/arabtext]
“Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59).
Allah Ta’ala juga berfirman,
[arabtext]وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ
مِنْهَا[/arabtext]
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An Nuur: 31).
2. Mengenakan Busana yang Syar’i
Wanita
yang menjadi idaman sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana
berikut ini yang kami sarikan dari berbagai dalil Al Qur’an dan As
Sunnah.
Syarat pertama: Menutupi seluruh tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
Syarat kedua: Bukan memakai pakaian untuk berhias diri.
Allah Ta’ala berfirman,
[arabtext]وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى[/arabtext]
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama." (QS. Al Ahzab : 33).
[arabtext]وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى[/arabtext]
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama." (QS. Al Ahzab : 33).
Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Syarat
keempat: Tidak diberi wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary
bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
[arabtext]أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ[/arabtext]
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur." (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
[arabtext]أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ[/arabtext]
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur." (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Syarat kelima: Tidak menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
[arabtext]لَعَنَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ[/arabtext]
“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria." (HR. Bukhari no. 6834)
[arabtext]لَعَنَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ[/arabtext]
“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria." (HR. Bukhari no. 6834)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
[arabtext]مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ[/arabtext]
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka".(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
[arabtext]مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ[/arabtext]
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka".(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
Inilah di antara beberapa syarat pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan kriteria.
3. Betah Tinggal di Rumah
Di
antara yang diteladankan oleh para wanita salaf yang shalihah adalah
betah berada di rumah dan bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta
tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan
tujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan
godaan terbesar bagi laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman,
[arabtext]وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى[/arabtext]
“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu" (QS Al Ahzab: 33).
[arabtext]وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى[/arabtext]
“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu" (QS Al Ahzab: 33).
Ibnu
Katsir ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Hendaklah kalian
tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar rumah
kecuali karena ada kebutuhan".
Disebutkan
bahwa ada orang yang bertanya kepada Saudah -istri Rasulullah-,
“Mengapa engkau tidak berhaji dan berumrah sebagaimana yang dilakukan
oleh saudari-saudarimu (yaitu para istri Nabi yang lain, pent)?" Jawaban
beliau, “Aku sudah pernah berhaji dan berumrah, sedangkan Allah
memerintahkan aku untuk tinggal di dalam rumah". Perawi mengatakan,
“Demi Allah, beliau tidak pernah keluar dari pintu rumahnya kecuali
ketika jenazahnya dikeluarkan untuk dimakamkan". Sungguh moga Allah
ridha kepadanya.
Ibnul
‘Arabi bercerita, “Aku sudah pernah memasuki lebih dari seribu
perkampungan namun aku tidak menjumpai perempuan yang lebih terhormat
dan terjaga melebihi perempuan di daerah Napolis, Palestina, tempat Nabi
Ibrahim dilempar ke dalam api. Selama aku tinggal di sana aku tidak
pernah melihat perempuan di jalan saat siang hari kecuali pada hari
Jumat. Pada hari itu para perempuan pergi ke masjid untuk ikut shalat
Jumat sampai masjid penuh dengan para perempuan. Begitu shalat Jumat
berakhir mereka segera pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku
tidak melihat satupun perempuan hingga hari Jumat berikutnya".
[arabtext]إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا"[/arabtext]
“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya". (HR Ibnu Khuzaimah no. 1685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang
istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya." Beliau juga
berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia
telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa." (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)
4. Memiliki Sifat Malu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ
“Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan." (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.)
Kriteria
ini juga semestinya ada pada setiap wanita. Contohnya adalah ketika
bergaul dengan pria. Wanita yang baik seharusnya memiliki sifat malu
yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang bagus dari wanita di zaman
Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَمَّا
وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ
وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا
قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ
كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ
إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)
“Dan
tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai
di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
(ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?"
Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak
kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi
minum ternak itu untuk (menolong) keduanya." (QS. Qashash: 23-24).
Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu
berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun
coba bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!
Tidak
cukup sampai di situ kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut. Lihatlah
bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa ‘alaihis
salaam; Allah melanjutkan firman-Nya,
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا
“Kemudian
datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar
ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak)
kami.‘" (QS. Al Qashash : 25)
Ayat
yang mulia ini,menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq
dan bersifat malu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan
cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.
Amirul
Mukminin Umar bin Khoththob rodiyallohu ‘anhu mengatakan, “Gadis itu
menemui Musa ‘alaihis salaam dengan pakaian yang tertutup rapat,
menutupi wajahnya." Sanad riwayat ini shahih.
5. Taat dan Menyenangkan Hati Suami
Istri
yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang
membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ
خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ
وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah
ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah
wanita yang paling baik?" Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan
jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak
menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci"
(HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan shahih)
Begitu
pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari
sikapnya terhadap suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.
Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
أَذَاتُ
زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا
آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ
مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Apakah
engkau sudah bersuami?" Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah." “Bagaimana
(sikap) engkau terhadap suamimu?", tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali
dalam perkara yang aku tidak mampu." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan
suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu." (HR. Ahmad 4: 341
dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam
Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)
6. Menjaga Kehormatan, Anak dan Harta Suami
Allah Ta’ala berfirman,
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada" (QS. An Nisa’: 34).
Ath
Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6: 692), “Wanita tersebut
menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan
harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain
itu."
7. Bersyukur dengan Pemberian Suami
Seorang
istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua
yang telah diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan
berhadapan dengan ancaman neraka Allah Ta’ala.
Seselesainya
dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau
ketika shalat,
Seselesainya
dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau
ketika shalat,
وَرَأَيْتُ
النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ
أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ:
بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ
الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ
خَيْرًا قَطُّ
“Dan
aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan
seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah
para wanita." Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas
penghuni neraka, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran
mereka." Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur
kepada Allah?" Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada
suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik
kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat
ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya
ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’."
(HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). Lihatlah bagaimana kekufuran
si wanita cuma karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal
banyak kebaikan lainnya yang diberi. Hujan setahun seakan-akan terhapus
dengan kemarau sehari.
8. Berhias Diri Hanya untuk Suami
Sebagian
istri saat ini di hadapan suami bergaya seperti tentara, berbau arang
(alias: dapur) dan jarang mau berhias diri. Namun ketika keluar rumah,
ia keluar bagai bidadari. Ini sungguh terbalik. Seharusnya di dalam
rumah, ia berusaha menyenangkan suami. Demikianlah yang dinamakan
sebaik-baik wanita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ
خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ
وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Siapakah wanita yang paling baik?" Jawab beliau, “Yaitu yang paling
menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan
tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami
benci" (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Semoga bermanfaat bagi setiap wanita. Moga Allah memberi taufik untuk mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar